Wednesday, December 26, 2012

Catatan Kecil Miss Tience

Saya agak tergelitik saat ada orang yang mengkhawatirkan tentang kelangsungan hidup orang lain diukur dari materi yang dimiliki. Mengukur kemapanan orang lain dari materi yang dimiliki.
Khawatir cukupkah pendapatan yang dimiliki untuk menghidupi keluarganya?
Cukupkah untuk biaya sekolah anak-anaknya? Cukupkah untuk sandang pangannya??

Memang benar makin lama biaya hidup akan semakin mahal. Memang benar biaya pendidikan semakin mahal. Tapi dari bagian mana diukur mahal atau tidaknya??
Biaya pendidikan tentu mahal kalau ukuran yang dilihat adalah sekolah swasta international berbiaya mahal. Dan mutlak berpendapat bahwa lulusan sekolah tersebut sudah pasti bagus dan bermutu. Biaya sandang tentu mahal bila yang diukur baju-baju mahal kelas mall dan bermerk. Biaya makan tentu mahal bila yang diukur lauk pauk berharga tinggi.Rumah yang bagus itu berarti rumah gedung yang mewah. Mobil yang bagus itu berarti keluaran terbaru berharga tinggi.Pekerjaan yang bagus itu berarti bekerja pada sebuah instansi bergaji tinggi :)

Bagaimana kalau kita berfikir lebih sederhana??? Pendidikan yang paling bagus adalah pendidikan budi pekerti dan ahklak yang baik yang diajarkan oleh kedua orang tua. Baguslah anak memperoleh angka bagus di sekolah, tapi jangan lupa budipekerti anak juga harus labih bagus dari sekedar angka yang tercetak di kertas.

Sandang yang bagus adalah terpenuhinya kepantasan berbusana yang bersih dan rapi. Baju tidak harus mahal untuk bisa dinilai bagus. Bersih dan layak pakai menurut saya sama bagusnya dengan baju mahal.

Makanan yang sehat tidak selalu berharga mahal. Lauk sederhana tapi bergizi saya yakin banyak tersedia.

Rumah yang bagus tidak harus gedung mewah. Rumah kayu sederhana yang bersih, ditambah para penghuninya yang saling menyayangi dan berahklak mulia jauh lebih nyaman dihuni daripada sekedar sebentuk bangunan tembok berlantai marmer.

Pekerjaan yang bagus tidak selalu berarti bekerja pada sebuah instansi bergengsi. Pekerjaan yang halal dan barokah sama bagusnya dengan posisi tertinggi di sebuah instansi. Apalagi bila pekerjaan yang dilakukan dengan tujuan mulia yaitu mencari rejeki yang halal untuk kelangsungan hidup keluarga. Saya yakin rejeki yang diperoleh jauh lebih barokah.

Semua kembali kepada tujuan hidup masing-masing individu. Apakah 100 % tujuan hidupnya adalah mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya untuk tujuan hidup makmur di dunia saja??? 
Atau mencari materi secukupnya dan mengimbanginya dengan tujuan hidup di akhirat nanti??? Semua terserah masing-masing individu.

Saya hanya ingin bersyukur dan menikmati cara hidup sederhana bersama keluarga saya. Saya tak peduli bila teman saya memiliki rumah mewah dan bermobil mahal. Saya sangat bersyukur memiliki rumah sederhana dan kendaraan layak pakai yang siap mengantar saya dan keluarga kemana kami pergi. 

Saya tidak iri teman saya bisa menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah berbiaya mahal. Saya hanya ingin anak-anak saya bisa bersekolah dan memiliki akhlak yang bagus, dan selalu ingat bahwa pintar itu tidak selalu dilambangkan dengan angka tinggi. Pintar itu adalah kelak bila anak saya bisa hidup mandiri dan bisa menyikapi kerasnya hidup dengan kreatif.

Saya tidak iri melihat teman saya bisa memasukan anaknya les ini itu. Saya sangat bangga bila anak-anak saya kreatif, terampil dan berahklak mulia :)

Saya tidak iri melihat suami teman saya bekerja di sebuah instansi dengan gaji tinggi dan berbaju rapi. Saya tetap bangga dan hormat kepada suami saya yang selalu berusaha menafkahi keluarganya dengan jalan yang halal dan berkah.

Saya tidak hendak berfilosofi atau menentang teori hidup mapan. Saya hanya bersyukur dan menikmati segala nikmat dan rejeki yang telah Allah SWT beri untuk keluarga kami. Nikmat sehat, nikmat iman, nikmat Islam :)

"Mengapa kamu takut hidup miskin bila kamu tahu ada Allah yang Maha Kaya?"

Terima kasih untuk suami saya yang banyak mengajarkan arti hidup penuh syukur, memperlihatkan dunia lain yang selama ini saya tidak tahu :)

4 comments:

  1. semua yang ada dalam pikiran saya sama seperti yg ada dalam postingan mba Tien ini :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe...kita mikir yang sederhana2 aja ya mba Dilla :)
      yang penting hati tenang :)

      Delete